Benihbaik x Metro TV

Salurkan donasi anda ke campaign-campaign di bawah ini

Campaign Pilihan Hari Ini

Pilihan Benihbaik

Panggilan Mendesak

Waktu mereka tidak banyak, mereka sangat membutuhkan bantuan kalian

Card image cap
Anak
Perjuangan Bayi Tukang Parkir, Sejak Lahir Tak Pernah Keluar dari NICU

“Di saat bayi lain merasakan hangatnya pelukan ibu saat pertama kali lahir, tapi tidak untuk anakku. Ia justru harus berjuang sendiri di ruang NICU, bahkan Ia belum sempat merasakan pelukan kami, ayah dan ibunya. Tubuh kecilnya sudah dikelilingi alat medis untuk bertahan hidup.”Raysha Trisnawati Putri (1 bln) lahir secara prematur, sehingga kondisi organ-organ vitalnya belum terbentuk sempurna. Ia mengalami gangguan napas berat karena paru-parunya belum utuh, gula darahnya sempat anjlok, dan kadar bilirubin  darahnya melonjak tinggi. Mata orang tuanya selau sembab dan hatinya cemas, membayangkan Raysha menghabiskan hari-harinya dalam dinginnya ruang NICU. Jauh dari kehangatan keluarganya yang menanti dengan penuh harap sambil berdoa agar Raysha pulih.Nyaris satu bulan, tapi Raysha masih dirawat, Ia tidak bisa tanpa alat bantu napas. Setiap hari orang tuanya setiap hari bolak-balik dari rumah ke rumah sakit untuk membawa kebutuhan dan melihat kondisi Raysha.Di luar ruang perawatan, sang Ayah bekerja sebagai tukang parkir, memarkirkan kendaraan sambil memikirkan anaknya. Penghasilan yang tak menentu kini harus menutupi biaya obat yang semakin hari semakin membengkak.Namun, semakin hari biaya pengobatan Rahsya semakin besar. Ibunya membutuhkan biaya transportasi ke rumah sakit di Bandung setiap hari, obat yang tidak dicover BPJS, susu dan kebutuhan lainnya.Namun, di tengah keterbatasan itu, orang tuanya tetap berharap bisa sehat dan kembali ke pelukan keluarga di rumah.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Rahsya tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Rahsya! 

Dana terkumpul

Rp. 14.397.003
15 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Ada Lubang 10 mm di Jantung Mungil Khayril

“Siapa sangka, kini hati kami hancur, karena harus melihat Khayril berjuang antara hidup dan mati, ada lubang sebesar 10 mm di jantung mungilnya!”“8 tahun aku dan istri menanti dengan sabar dan penuh harap, hingga akhirnya Tuhan titipkan Khayril sebagai anugerah terindah dalam hidup kami. Namun, kebahagiaan kami berubah menjadi duka dan ketakutan tanpa henti, tak sanggup membayangkan bisa kehilangannya kapan saja.”Aku Jayadi, seorang pengemudi ojek online sekaligus Ayah dari Muhammad Khayril Nafil (10 bln). Sejak lahir, hidup anak aku tak pernah tenang. Ia mengalami demam tinggi dan sesak napas yang ternyata adalah tanda dari penyakit jantung. Langit rasanya runtuh saat mengetahui anak sakit serius. Aku juga bingung, anakku butuh biaya pengobatan yang besar, tapi penghasilanku tak menentu. Setiap hari aku selalu mengandalkan makan siang gratis yang dibagikan di jalanan, agar aku bisa membelikan makan untuk anak dan istriku.Akhirnya aku meminjam dana ke saudara, meski hanya seadanya, tapi aku nekat membawa anakku ke Jakarta dari Cirebon. Namun, pengobatannya sangat panjang, bahkan keuangan sudah menipis selama kami di Jakarta.Sementara anakku kondisinya masih sangat lemah, bahkan sekedar untuk menyusu saja bisa sangat kelelahan. Dada kirinya membengkak, Ia belum bisa duduk tegak maupun merangkak seperti anak-anak seusianya. Aku selalu panik melihat Ia merintih akibat napasnya yang tersengal, tak jarang aku juga membawa anakku ke rumah sakit agar Ia bisa menggunakan alat bantu pernapasan. Tak sanggup membayangkan sewaktu-waktu bisa kehilangannya. Anakku harus menjalani operasi bedah jantung agar kebocoran jantungnya tak semakin besar. Anakku membutuhkan ongkos untuk kembali ke Jakarta untuk kontrol rutin menjelang operasinya, obat yang tidak dicover BPJS, dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Khayril tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Khayril! 

Dana terkumpul

Rp. 14.330.004
13 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
24 Jam Tanpa Henti Boxing Padding! Demi Adik-adik Pejuang Kanker di YKAKI

“Bayangkan! Setiap detik dalam 24 jam hidup mereka, anak-anak hebat ini harus berjuang melawan kanker tanpa henti. Karena itu, saya mendedikasikan 24 jam penuh hidup saya untuk mereka untuk perjuangan, harapan, dan keberanian mereka.”“Ini bukan tentang pencapaian pribadi, kebanggaan, ataupun ego. Ini tentang melangkah melampaui diri sendiri demi orang lain. Demi anak-anak yang menghadapi pertempuran besar, serta keluarga yang terus bertahan menggenggam secercah harapan. Mereka alasan kita hadir…”Halo #TemanBaik, Saya Patrick Winata, Founder Project24, bersama BenihBaik.com akan menggelar sebuah acara istimewa berjudul “Project 24: 24 Hours Boxing Padding Marathon.” Selama 24 jam tanpa henti, saya akan melakukan latihan boxing padding, yaitu saya akan terus meninju batalan yang dipegang oleh pelatih. Kegiatan ini sebagai dedikasikan untuk adik-adik hebat yang tengah berjuang melawan kanker di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).Namun, ini bukan sekadar tentang saya, ini tentang kita semua. Saya ingin mengajak #TemanBaik untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari perjuangan adik-adik kanker di YKAKI.Jangan sampai lewatkan ya! Acara ini akan berlangsung pada 31 Oktober 2025 - 1 November 2025, mulai pukul 12.00 WIB, dan bisa kalian saksikan langsung melalui akun TikTok "Project24" serta channel  YouTube "Project24" dan "BenihBaik.com."Dana donasi dari #TemanBaik nantinya akan digunakan untuk keperluan anak-anak  kanker pejuang kanker dan keluarganya yang berada di rumah singgah, transportasi mereka ke rumah sakit, dan untuk memenuhi kebutuhan di rumah singgah. Setiap dukungan, setiap donasi yang #TemanBaik berikan, akan menjadi kekuatan besar bagi anak-anak pejuang kanker dan keluarga mereka. Mari kita buktikan bahwa bersama, kita mampu memberi harapan yang lebih kuat daripada rasa sakit.Yuk klik Donasi Sekarang di bawah ini sebagai dukungan kita untuk adik-adik yang berjuang kanker di YKAKI!

Dana terkumpul

Rp. 20.801.003
9 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Pendidikan
Ibunya sakit Tumor, Catur Terpaksa Menjadi Tukang Cuci Baju Demi Bisa Sekolah

Setiap pulang sekolah, Catur langsung mengambil ember dan sabun, mencuci pakaian tetangga satu per satu demi mendapatkan upah untuk makan dan bersekolah. Ibunya baru saja menjalani operasi tumor sebesar bola tenis di dalam perutnya, sehingga tak bisa mencari nafkah.‘Jangankan melanjutkan sekolah SMK, iuran sekolah saat SMP saja masih nunggak,’ ungkap Catur Juniarti, gadis berusia 15 tahun yang sedang berjuang demi pendidikannya. Sejak kecil, Catur sudah belajar menjadi kuat. Ayahnya wafat saat usianya 5 tahun, tapi Catur tumbuh besar menjadi anak yang mandiri, periang, rajin dan tak pernah mengeluh. Ibunya menjadi satu-satunya yang berjuang mati-matian menghidupi mereka. Ibu dari Catur hanya bekerja sebagai buruh cuci baju, kadang tukang pijit jika ada panggilan, dan kadang menjadi pendamping untuk mengantarkan orang pengobatan ke rumah sakit. Meski penghasilannya hanya Rp50 ribu sehari, tapi Sang Ibu tak berhenti mendukung mimpinya.“Jika kamu ingin sekolah, ibu dukung tapi jika terhenti ditengah jalan karena kemiskinan kita, maka bersabarlah,” Iceu, Orang Tua Catur.Namun, kesehatan ibunya perlahan menurun karena sakit. Akhirnya, Catur harus melawan rasa malu untuk menggantikan ibunya mencari nafkah, di saat bersamaan tetap belajar demi kelulusannya.Meski terhimpit keadaan, Catur menolak menyerah. Ia percaya, pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan. Ia yakin, suatu hari nanti, dengan ijazah di tangan, Ia bisa mengangkat derajat keluarganya dan membuat ibunya tersenyum bangga.#TemanBaik, uang Rp100 ribu kita bisa membantu Catur untuk membayar uang sekolahnya yang menunggak dan membantunya melanjutkan sekolah. Yuk, klik Donasi Sekarang di bawah ini, setiap rupiah kita sangat berarti bagi Catur!

Dana terkumpul

Rp. 1.497.000
1 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Sudah Operasi Sejak Usia 8 Hari, Ayla Kecil Berjuang dari Hidrosefalus

“Ajaibnya, anakku bertahan! Meski tatapan mata anakku begitu nanar dan wajahnya seperti mengadu bahwa Ia kesakitan. Aku hanya bisa memeluk tubuh kecilnya sambil membisikkan, ‘Papa di sini Nak, Papa akan berjuang bersamamu, apapun yang terjadi.’”“Di usianya yang baru 8 hari, anakku harus menjalani operasi kepala demi menyelamatkan hidupnya. Penumpukan cairan di otak membuat ukuran kepalanya sangat besar, hingga 50 cm. Aku langsung merinding dan menangis, membayangkan Ia harus menghadapi dinginnya pisau bedah dan jahitan di kepala.” -Saka Riono, Orang tua Ayla-Namanya Ayla Azzura (7 bln), putri kecilku yang sudah menghadapi cobaan berat bahkan sebelum Ia lahir ke dunia. Ia didiagnosa hidrosefalus sejak Ia masih dalam kandungan. Di operasi pertamanya, dokter menemukan ada cairan berwarna kuning kemerahan keluar dari kepalanya, operasinya dihentikan.  Operasi kedua lebih memilukan, anakku mengalami kejang hebat, trombositnya turun dan Ia harus menerima 2 kantong donor darah. Operasi ketiganya juga bermasalah, kalium anakku ternyata tinggi. Hingga akhirnya di operasi ke-4 di kepala anakku bisa dipasang selang VP-Shunt untuk mengurangi kelebihan cairan di otaknya.Meski sudah berkali-kali operasi, tapi kondisi anakku tak seketika sembuh. Tubuhnya sering terkejut tiba-tiba, seolah tubuhnya masih mengingat rasa sakit yang terus datang silih berganti. Kepalanya masih besar dan panjang ke atas, penglihatannya belum merespon.Tumbuh kembangnya terhambat, Ia hanya bisa berbaring tak berdaya, dan belum bisa bicara, bahkan memanggilku ‘ayah.’ Anakku masih harus rutin bolak-balik rumah sakit untuk memantau kondisinya, tapi aku kesulitan biaya. Aku hanyalah kuli bangunan serabutan, penghasilan tidak menentu. Motor satu-satunya sudah ku gadaikan demi biaya berobat selama ini. Anakku pernah dirawat selama 21 hari di rumah sakit dan biaya yang harus aku tanggung sangat besar.Kini, aku bingung harus bagaimana. Jika pengobatan berhenti, cairan di kepala Ayla bisa terus menekan otaknya, menghilangkan fungsi otaknya, bahkan nyawanya. Tapi selain biaya rumah sakit, Ayla juga butuh obat yang tak ditanggung BPJS, susu, dan perlengkapan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kamu bisa jadi alasan Ayla tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Ayla.

Dana terkumpul

Rp. 18.461.019
6 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Bantu Devana Sembuh dari Penyakit Jantung

Setelah hasil kateterisasi jantungnya keluar, anak saya dinyatakan tidak bisa sembuh. Saat itulah saya mulai merasa putus asa yang begitu mendalam dan sempat berhenti membawa anak saya berobat, karena semua terasa sia-sia.Namun, harapan itu muncul ketika anak saya bisa terus bertahan hidup hanya dengan obat. Syukurlah, tindakan operasi juga akhirnya bisa dilakukan pada anak saya meski hasilnya tidak bisa 100%. Namun, biaya pengobatannya kini menjadi kendala. -Sinta Puspa, Orang tua Devana-Rasa bersalah ini begitu menghimpit dan tak termaafkan, bisa-bisanya saya sempat berpikir untuk menyerah demi kesembuhan anak saya, Devana Fahad Febriano (14 thn). Sampai akhirnya kondisinya sempat menurun, disitulah titik terbesar penyesalan saya. Padahal anak saya berjuang sekuat tenaga untuk kesembuhannya hingga sekarang. Bayangkan, penyakit ini sudah menyerang tubuhnya sejak usia 4 bulan dengan gejala kukunya membiru, ujung jarinya cembung dan Ia sering demam. Namun cobaan bertambah ketika penghasilan saya tidak sebanding dengan biaya pengobatannya. Saya bekerja di rumah makan cina, sementara suami sudah tidak ada kabar. Penghasilan saya bahkan tak cukup untuk sekedar makan seminggu, kadang sampai tak punya apa-apa untuk dimakan termasuk memberi anak jajan saat sekolah.Saya juga pernah dalam kondisi tak punya biaya membawa anak saya berobat, padahal Ia sudah mengeluhkan nyeri di dada dan sesak napas. Jika bukan karena kebaikan hati bos saya yang meminjamkan uang, saya tak tahu harus bagaimana.Saat 6 bulan pasca operasi, saya juga tidak punya biaya untuk membawa anak saya ke rumah sakit. Padahal anak saya mengeluhkan dadanya nyeri dan napasnya sesak.Jika bukan karena kebaikan hati bos saya yang meminjamkan uang, saya tak tahu harus bagaimana.Anak saya harus menjalani 2 kali operasi lanjutan. Saya sudah menjual segalanya, seperti motor, emas, dan handphone untuk pengobatan anak selama ini. Sekarang saya kembali kebingungan, karena butuh biaya untuk transportasi dari rumah saya di Jombang ke Jakarta, obat yang tidak dicover BPJS.#TemanBaik, mari bantu Devana untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!

Dana terkumpul

Rp. 12.553.000
2 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Usaha Bisnis
Dukung Barista Tunanetra Berdayakan Teman-Teman Difabel melalui Pelatihan Meracik Kopi!

"Buka Peluang, Bangun Masa Depan Perempuan Difabel Netra"Kami dari Kopi Netra menyelenggarakan training meracik kopi untuk perempuan tunanetra di kota Bandung, pada bulan Juli 2025!Tujuan Kami- Meningkatkan kapabilitas perempuan tunanetra dalam meracik kopi- Menciptakan peluang usaha bagi perempuan tunanetra- Meningkatkan taraf ekonomi perempuan tunanetra- Membuka kesempatan lain bagi perempuan tunanetra untuk berkaryaBagaimana Anda Bisa Membantu- Dukungan moril: Berbagi semangat dan motivasi kepada para perempuan tunanetra- Dukungan materiil: Berdonasi untuk membantu biaya training dan pengembangan usahaMari BergabungTurut serta dalam gerakan peningkatan kapabilitas perempuan tunanetra! Mari kita buka peluang dan bangun masa depan bersama-sama!Mari Dukung KamiCaranya klik Donasi Sekarang di bawah ini dan bagikan postingan ini kepada teman-teman Anda dan mari kita dukung perempuan tunanetra untuk mencapai impian mereka!

Dana terkumpul

Rp. 38.756.219
15 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Kesehatan
Bu Guswarni Masih Terbaring di Rumah Sakit Akibat Tiroid, Diabetes dan Saraf Kejepit

“Sudah 23 tahun Ibuku berjuang melawan berbagai penyakit yang mengintai tubuhnya. Kini, Ibuku kembali terbaring tak berdaya di rumah sakit. Aku hanya bisa menatapnya dalam diam, dihantui rasa bersalah karena tak mampu membiayai pengobatannya."“Setiap malam aku duduk di lorong rumah sakit, menangis dalam sunyi, memohon pada Tuhan agar masih ada keajaiban untuk orang yang paling aku cintai di dunia ini." -Siska, Anak Ibu Guswarni-Ibuku, Guswarni (53 thn), sudah lama berjuang melawan penyakit tiroid. Ia pernah menjalani operasi, berharap sembuh, tapi kenyataan berkata lain. Setelah itu tubuh ibuku justru semakin lemah, sering sesak napas dan sering pingsan tanpa sebab. Setelah diperiksa, ternyata ada lebih banyak penyakit bersarang di tubuh rentanya. Ada penyakit diabetes, hipertensi dan saraf kejepit yang membuatnya menahan sakit luar biasa dari kaki hingga pinggangnya. Berjalan pun terasa seperti siksaan, dan hari-harinya lebih banyak dihabiskan di rumah.Meski tubuhnya tak lagi kuat, Ibuku tak pernah mau merepotkan siapapun. Ia tetap berjualan kecil-kecilan di rumah seperti sosis goreng dan jajanan lainnya untuk sekadar untuk bertahan hidup. Penghasilannya tak seberapa, tapi selalu Ia syukuri.Aku sendiri selalu berusaha menyisihkan sedikit rezeki untuknya. Namun, Tuhan menguji kami lebih jauh, aku jatuh sakit dan tak mampu lagi bekerja. Suamiku hanya bekerja serabutan, dan hidup kami pun makin terhimpit.Saat Ibuku kembali harus dirawat di rumah sakit, kami terpaksa menjual barang-barang yang ada di rumah demi pengobatannya. Demi kontrol rutin saja, aku harus mempersiapkan ongkos untuk menempuh perjalanan dari Duri ke rumah sakit di Pekanbaru. Sementara ongkos dan kebutuhan medis seperti obat di luar BPJS, pampers, dan lainnya terus membebani. Tapi demi melihat Ibuku tetap bisa bertahan, aku rela berjuang sekuat tenaga, meski dengan segala keterbatasan.#TemanBaik, Rp100 ribu kita bisa membantu meringankan rasa sakit yang dirasakan Ibu Guswarni dan bisa membantunya terus mendapatkan pengoabtan yang dibutuhkan. Klik Donasi Sekarang untuk membantu Ibu Guswarni.  

Dana terkumpul

Rp. 2.555.001
6 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Perjuangan Raffasya Sembuh dari Jantung Bocor

“Dek, mama gak mau lihat kamu sakit gini, kalau bisa mama aja yang menanggung rasa sakit kamu” Bu Khotima begitu tegar menerima kenyataan pahit melihat putra semata wayangnya sejak lahir memiliki kondisi khusus, bayi mungil yang diberi nama Raffasya (2 thn) ini menderita kelainan jantung (jantung bocor) yang mengharuskannya rutin ke rumah sakit untuk melakukan serangkaian pengobatan. Sambil menggendong Raffa yang kondisinya semakin hari kian melemah, Bu Khotima berdoa dan berharap ada keajaiban Tuhan untuk kesembuhan anaknya dan bisa melihat senyuman Raffasya.Berbagai upaya sudah dilakukan Bu Khotima, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda kondisi Raffasya membaik. Kata dokter, satu-satunya jalan untuk Raffasya sembuh dengan melakukan tindakan operasi lanjutan, kalau tidak, katup jantung Raffasya tidak menutup sehingga lubang jantungnya semakin membesar dan bisa membahayakan nyawanya.Saat mendengar diagnosa seperti itu orang tua mana yang kuat menahan rasa sedih, Bu Khotima masih tetap tegar dan sabar, Bu Khotima hanya bisa berdoa dan berharap diberikan yang terbaik untuk anaknya. Di sisi lain, Bu Khoitma juga harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang puluhan juta rupiah untuk biaya pengobatan yang tidak tercover BPJS, sementara sang ayah yang bekerja sebagai teknisi di pabrik upahnya hanya sanggup memenuhi kebutuhan harian.Di tengah perjuangan mereka demi pengobatan buah hatinya, di rumah sakit Raffasya terbaring lemas hampir satu bulan lantaran kondisinya semakin lemah sehingga Raffasya harus menggunakan tabung oksigen. TemanBaik, setiap orang tua tentunya ingin melihat anaknya tumbuh dengan sehat, seperti halnya Bu Khotima, dia sangat berharap putra semata wayangnya mendapatkan tindakan operasi dan bisa sembuh dari penyakitnya. Sedikit bantuan dari TemanBaik memberikan secarik harapan untuk Raffasya, caranya:1. Klik “Donasi Sekarang”2. Isi nominal donasi3. Pilih metode pembayaran, bisa dengan OVO, DANA, LinkAja, ShopeePay, GoPay, Sakuku, BRI E-Pay dan BCA Klik-Pay. Bisa juga lewat transfer antarbank (BRI, Mandiri, BCA, BNI).

Dana terkumpul

Rp. 82.069.438
14 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Muntah 15 Kali Sehari, Anak Tukang Ojek Berjuang dari Gerd, 1 Ginjal, dan Mikrosefali

“Setiap akan pergi ngojek, aku selalu menyempatkan diri menggendong tubuh ringkih anakku yang sakit, dengan tanganku yang lain menggenggam selang medis agar Ia bisa makan dan minum. Aku ingin Ia tahu, seberat apapun kondisinya, cintaku padanya tak pernah berkurang.”“Dalam sehari, anakku bisa muntah hingga 15 kali, bahkan kadang mengeluarkan darah. Tangisnya tak pernah habis, sampai tubuh kecilnya lemas tak berdaya. Hatiku hancur, menyaksikannya memikul beban penyakit yang berat sejak lahir.” -Zaenal Arifin, Orang tua Calista-Jika bisa memilih, aku lebih rela menanggung semua sakit itu, asal bukan anakku. Putriku, Calista Zaenal Leonara (3 thn) harus menanggung banyak penderitaan. Ia hanya memiliki 1 ginjal! Ia harus cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal. Ukuran kepalanya juga lebih kecil dibanding anak pada umumnya, hingga Ia bisa kejang sewaktu-waktu. Tapi yang paling menyiksanya adalah diagnosa gerd dan masalah lambung lainnya, yang menyebabkannya selalu muntah berulang.Anakku sudah menjalani operasi besar pembedahan lambung agar Ia tak terus muntah, tapi sayangnya operasi itu tak membuahkan hasil. Kondisinya tak ada perubahan sampai berat dan tinggi badannya tak menunjukkan perkembangan.Calista hingga kini belum bisa bicara, berjalan maupun duduk. Ia hanya bisa berbaring tak berdaya, menahan sakit yang tak bisa Ia ceritakan. Dokter menyarankan Calista untuk tes kromosom, tapi biayanya mencapai jutaan rupiah.Akhirnya aku relakan motor satu-satunya, salah satu sumber mencari nafkah. Syukurlah, aku memiliki pekerjaan lain sebagai kuli bangunan. Tak semua pengobatan ditanggung BPJS, makanya meski hujan, panas, maupun sedang sakit, aku tetap harus bekerja demi anak.Terkadang aku dan istri makan nasi dengan kecap untuk berhemat, kadang juga berharap kebaikan tetangga yang memberikan makan. Tak jarang aku juga meminjam uang agar bisa terus membawa Calista pengobatan. Calista membutuhkan biaya untuk ongkos kontrol rutin dari Banten ke rumah sakit di Jakarta, obat yang tidak dicover BPJS, mengganti rutin selang medis untuk makan, susu khusus untuk berat badannya dan kebutuhan lainnya.‘#TemanBaik, bantuan Rp 100 ribu dari kita sangat berarti untuk sekedar membeli obat bagi Calista dan menambah biaya ongkosnya ke rumah sakit. Klik Donasi Sekarang di bawah ini untuk membantu Calista!

Dana terkumpul

Rp. 25.549.009
2 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Terbaring Lemah Tak Berdaya, 7 Penyakit Mengintai Nyawa Anak Buruh Tani

Ada 7 penyakit serius yang mengintai nyawa anakku! Ia menderita jantung bocor, pneumonia, down syndrom, gerd, mikrosefali, bronkiolitis, dan laringomalasia.Biaya pengobatannya sangat besar bagiku yang bekerja hanya sebagai buruh tani yang harus menghidupi istri dan 4 anakku yang lain.Aku lebih banyak melihat Aimanzha Barrackzaugi (7 bln) menangis dan terbaring lemas sepanjang hidupnya. Tubuhnya sangat kurus, kesulitan bernapas akibat sakit paru-paru. Selang medis menempel di hidungnya demi membantunya bertahan hidup.Sejak lahir, masalah kesehatannya tak pernah berhenti. Ia tiba-tiba mengalami dehidrasi bahkan mimisan, tubuhnya juga berwarna kuning dan beberapa bagian tubuhnya berwarna biru.Namun, aku terkejut saat rumah sakit dekat rumahku di Lampung Selatan tidak bisa menangani anakku. Kemudian, anakku dirujuk ke rumah sakit di Bandar Lampung, dan hasil pemeriksaannya mengungkapkan kenyataan yang jauh lebih buruk dari yang kubayangkan. Ketika dokter memberitahuku bahwa anakku harus menjalani pengobatan ke Jakarta, duniaku seolah runtuh. Semua yang kumiliki, harta yang bekerja keras kudapatkan, aku jual demi mengantarkan anakku untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.Akhirnya anakku sudah bisa menjalani kontrol rutin di Jakarta dan menunggu tindakan dari dokter. Biaya yang ditanggung sangat besar, seperti transportasi ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, sewa tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, mari bantu Aimanzha untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!

Dana terkumpul

Rp. 23.298.503
10 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Bertahan Hidup Di antara Ketidakmungkinan, Zaidan Harus Operasi Lanjutan

“Aku harus menyediakan uang Rp18 juta untuk operasi pemasangan ring jantung anakku! Aku benar-benar hilang arah, hati dan pikiranku hancur. Sementara anakku terbaring tak sadarkan diri di ICU, tubuh kecilnya berjuang sekuat tenaga setelah operasi pertamanya.”“Aku sudah menjual motor satu-satunya demi membawa anakku berobat ke Jakarta dan membeli tabung oksigen agar napas kecil itu terus bertahan. Sekarang, kami tak punya apa-apa lagi, bahkan sekedar membeli pampers. Aku hanya ingin anakku hidup.”-Mila Hartina, Orang tua Zaidan-Dokter pernah berkata bahwa anakku tak mungkin bisa diselamatkan! Duniaku terasa dihantam badai! Apalagi setelah didiagnosa penyakit jantung itu, tubuh kecil  Muhammad Zaidan Arkan Zahid (1 thn) melemah drastis. Napasnya tersengal, hidupnya lebih banyak terbaring di ruang ICU dan IGD rumah sakit. Sedangkan aku, dengan tubuh gemetar menolak kenyataan. Tangisku tersedu-sedu di lorong rumah sakit, sejuta doa aku panjatkan agar anakku bisa selamat. Aku yakin, Tuhan pasti berikan kekuatan pada anakku untuk menjalani musibah ini. Seolah Tuhan mendengar harapanku, kondisi anakku perlahan membaik.Setelah 4 bulan penuh perjuangan di Jakarta, akhirnya aku bisa membawa pulang anakku ke Pekalongan. Melihat anakku tersenyum kembali meski dengan selang oksigen di hidungnya, seolah mengobati luka hatiku.Aku sangat bersyukur karena Tuhan masih memberikan kepercayaan bagiku untuk mengasuh dan merawat anak sampai sekarang ini. Tapi, perjuangan kami belum selesai. Anakku masih harus menjalani operasi lanjutan dan kontrol rutin ke Jakarta.Aku sudah tidak ada biaya dan tabungan lagi, bahkan ongkos pulang kampung setelah anakku operasi di Jakarta saja aku meminjam uang temanku. Suamiku bekerja hanya sebagai tukang jahit dengan upah Rp300 ribu seminggu, entah bagaimana lagi ke depannya.Anakku masih membutuhkan biaya untuk membeli tabung oksigen, isi ulang tabung oksigen untuk membantunya terus bernapas, obat yang tidak dicover BPJS,  susu, pampers, dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, mari bantu Zaidan untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!

Dana terkumpul

Rp. 9.025.001
14 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Bola Matanya Keruh, Ines Berjuang dari Katarak dan Hidrosefalus

“Dua jam lamanya aku duduk di lorong rumah sakit, menanti dengan cemas dari ruang operasi. Tapi harapan yang ku genggam erat justru runtuh seketika berganti kekecewaan. Operasi tidak bisa dilanjutkan! Karena penyakit di mata anakku berada di belakang sarafnya. “Namun, gelapnya dunia yang dilihat mata anakku ternyata belum seberapa dibanding kenyataan pahit berikutnya. Anakku tiba-tiba demam disertai kejang, dokter mendiagnosa anakku hidrosefalus, terdapat kelebihan cairan di otaknya…” -Tiffany-Usia Ines Kamaniya Birgith Sukma (1 thn) masih 2 bulan, saat pertama kali aku menyadari ada bintik putih di matanya, seperti mata kucing. Seiring waktu, anakku juga belum fokus menatap orang di hadapannya, bola matanya hanya berputar mengikuti arah suara dan matahari.Setelah menjalani pemeriksaan, anakku didiagnosa katarak kongenital, kondisi langka di mana lensa matanya sudah keruh sejak lahir. Dokter belum memutuskan tindakan lanjutan untuk anakku terkait matanya setelah operasi pertamanya batal. Akhirnya, anakku harus berjuang lebih dulu dengan penyakit di kepalanya. Ia menjalani operasi pemasangan selang, agar cairan di kepalanya bisa mengalir ke perut. Penyakit ini membuat tumbuh dan kembang anakku terlambat, hingga usia sekarang, Ines belum bisa duduk, berdiri, bahkan makan pun masih harus dibantu.Setiap hari anakku hanya mengandalkan suara untuk mengenali dunia. Tak jarang aku menangis melihat anakku yang tak berdaya dan tidak bisa bermain seperti anak-anak lainnya. Apalagi, Ines tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya, Ia sangat ceria dan jarang menangis. Dokter berkata, harapan itu masih ada. Ines bisa tumbuh seperti anak-anak lainnya, hanya saja jalannya lebih lambat. Aku ingin percaya, tapi jalan ini berat karena aku kesulitan biaya. Suami sudah berhenti bekerja demi bisa menemani Ines berobat.Kini suamiku bekerja menjadi pengemudi ojek online dengan penghasilan tak menentu. Sementara pengobatan Ines cukup besar, Ines membutuhkan biaya transportasi untuk kontrol rutin dari Bogor ke Jakarta, obat yang tidak dicover BPJS, dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Ines tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Ines! 

Dana terkumpul

Rp. 23.758.002
14 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Mitha Berjuang dari TB Paru dan Infeksi paru-paru

“Penyakit ini dengan cepat menggerogoti tubuh anakku. Badannya jadi sangat kurus dan lemah. Hidupnya seperti direnggut, sekolah yang dulu dijalaninya dengan semangat, kini terpaksa terhenti.”“Aku hanya ingin melihatnya sehat kembali, tersenyum seperti dulu. Tapi pengobatannya masih panjang, dan aku nyaris tak tahu dari mana lagi harus mencari biaya...”Mitha Sthefany Rahman lahir dari keluarga sederhana, di mana sang ayah hanya bekerja serabutan sebagai kuli bangunan dan tukang cat. Penghasilannya tak pernah bisa ditebak, bahkan bisa tak ada sama sekali.Di tengah keterbatasan itu, badai besar datang menghantam keluarganya. Mitha tiba-tiba mengalami batuk yang tiada henti. Kondisinya diperparah karena Ia juga mengalami sesak napas. Setelah menjalani pemeriksaan, Mitha didiagnosa TB Paru. Namun, obat yang diberikan dari puskesmas ternyata tak membawa perubahan lebih baik. Akhirnya Mitha dirujuk ke rumah sakit. Hasilnya, ternyata Mitha juga mengalami infeksi paru-paru.Ia jadi sering demam tinggi, diiringi batuk dan sesak napasnya. Ia sudah dua kali nyaris kehilangan napasnya dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kini, hidup Mitha bergantung pada pengobatan yang tak boleh terputus.Namun, dibalik perjuangan Mitha untuk sembuh, ada perjuangan orang tuanya yang tak kalah berat, bertarung setiap hari untuk mencari biaya, demi mempertahankan hidup anak yang sangat mereka cintai.Pengobatan Mitha tak boleh terputus, karena jika didiamkan, penyakit ini bisa berakibat fatal dan bahkan merenggut nyawanya. Saat ini Mitha membutuhkan biaya untuk bolak-balik rumah sakit, membeli vitamin yang tidak dicover BPJS dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Mitha tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Mitha! 

Dana terkumpul

Rp. 4.260.000
13 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
11 Tahun, Febriana Bertahan dari Cerebral Palsy dan Kejang dalam Tidurnya

“Sebelas tahun sudah anakku hidup dalam senyap, hanya bisa bergerak saat tubuh kecilnya dilanda kejang-kejang. Selebihnya, Ia hanya diam, seolah terkurung dalam tubuh yang tak bisa merespons dunia karena tak bisa melakukan apapun.”“Namun, tatapan mata anakku begitu teduh jika sedang tidak diterjang kejang dan berada dipelukanku, Ibunya. Demi ketenangan itu, aku akan berupaya agar hidupnya lebih baik, meski harus berutang kemana-mana. Aku tak pernah letih memperjuangkannya…”Namaku Suningsih, seorang Asisten Rumah Tangga yang sedang berjuang untuk kesembuhan anakku, Febriana Azzahra (11 thn). Meski penghasilanku tak seberapa, tapi bisa menjadi sepercik harapan untuk kesembuhan anakku. Anakku didiagnosa cerebral palsy. Sejak dalam kandungan, dokter mengatakan kepalanya lebih kecil dari normal, sehingga otaknya mengalami penyempitan dan sarafnya tak berkembang seperti anak-anak lain. Di dalam kepalanya juga terdapat cairan. Aku tak tahu rasa sakit seperti apa yang Ia rasakan, karena Ia bahkan tak bisa bicara. Makan dan minum saja harus dengan bantuan selang NGT, yang dimasukkan dari hidung menuju lambungnya.Anakku juga mengalami epilepsi, penyakit yang mempengaruhi paru-parunya dan membuat anakku tak bisa tidur nyenyak. Setiap malam aku harus berjaga, karena saat anak-anak lain tidur tenang, anakku justru bisa kejang-kejang hingga sulit bernapas. aku hanya bisa memeluknya, menenangkan tubuh kecil yang terus berjuang dalam diam.Sedih sekali ketika anak-anak lain bisa sekolah, mengaji, bermain, tapi anakku hanya berbaring. Terkadang aku sengaja meletakkannya di kursi roda, aku dudukkan Ia di kursi roda agar bisa melihat dunia luar, agar hatinya terhibur meski tubuhnya tak berdaya.Tak ada tindakan operasi untuk anakku, aku selalu membawanya berobat dan terapi dengan harapan agar kondisinya lebih baik. Tak jarang aku tak dapat pinjaman uang untuk membawa anakku berobat, karena orang-orang tahu aku orang tak punya, tak percaya aku bisa kembalikan.Suamiku bekerja sebagai pedagang keliling, penghasilannya tak menentu. Aku juga sering tak mengambil libur agar dapat uang tambahan, tapi sering kali uang yang dikumpulkan tak cukup. Anakku membutuhkan biaya untuk ongkos kontrol rutin dari Cengkareng ke rumah sakit di Kalideres Tangerang, obat yang tidak dicover BPJS, alat untuk terapi agar tubuhnya tak kaku, dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kamu bisa jadi alasan Febriana tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Febriana! 

Dana terkumpul

Rp. 20.113.000
9 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Tubuh Lemah Kayla Bertahan dari Infeksi Hati dan Kurang Gizi

“Perjuangan dan tangis mewarnai perjalanan saya sebagai seorang ibu tunggal yang mencari nafkah dengan berjualan gorengan milik orang lain. Satu dari tiga anak saya sedang berjuang hidup dari penyakit infeksi hati.”“Setiap minggu saya harus menebus obat dengan nominal Rp400 ribu. Sudah sebulan lamanya, saya terpaksa meminjam uang agar pengobatan anak tidak terputus. Hari-hari saya penuh kecemasan.” -Jelita, Orang tua Kayla-Tak lama setelah lahir, demam tinggi menyergap tubuh kecil Kayla Zahra Qamela (5 bln). Puskesmas hanya menyarankan kompres untuk menurunkan demamnya, mengingat Kayla lahir prematur, tanpa memberikan obat yang diperlukan. Namun, 3 hari Kayla tak ada perubahan. Diwarnai dengan perasaan khawatir, Ibunya membawa Kayla ke rumah sakit. Naluri seorang ibu terbukti benar, Kayla langsung dilarikan ke IGD, dipasangi selang oksigen dan NGT karena napasnya yang semakin lemah.Beberapa hari dirawat, Kayla dirujuk pindah rumah sakit yang lebih besar karena kondisinya cukup parah. Tubuhnya sangat lemah karena Ia juga didiagnosa kekurangan gizi. Entah sudah berapa kali Ibunya meninggalkan anaknya yang lain di rumah, demi merawat Kayla.Jika bisa membelah diri, itu yang akan dilakukan Ibunya. Tidak ada uang masuk selama Ibunya harus merawat Kayla, sementara kebutuhan pengobatan membengkak. Susu khusus gizinya saja mencapai Rp400 ribu, itupun habis dalam 4 hari saja.Mereka sudah berupaya hidup berhemat, sehari hanya makan 2 kali sehari, dengan nasi dan telur berukuan kecil akibat dibagi-bagi. Perasaan bersalah dan kesedihan menghantui Ibunya karena ketidakmampuan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.Pengobatannya masih panjang, Ia masih membutuhkan dana untuk transportasi ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, mengganti selang NGT, serta kebutuhan lainnya.#TemanBaik, mari bantu Kayla untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!

Dana terkumpul

Rp. 6.640.003
7 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Selain Tak Memiliki Lubang Anus, Isyana Menderita Sakit Jantung

“Sudah sembilan hari sejak ia lahir, namun tak sekalipun ia buang air besar. Aku mulai gelisah, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk memeriksa tubuh mungilnya. Saat itulah dunia seakan runtuh di hadapanku, ternyata anakku tidak memiliki lubang anus! Ia didiagnosis atresia bilier.”“Aku menjual semua perhiasan yang kupunya demi membawa anakku operasi Bima ke Mataram. Tapi kenyataan kembali menghantamku lebih keras, dokter memanggilku saat operasi berlangsung, dengan wajahnya tegang dokter mengatakan anakku terkena serangan jantung.” -Rustam, Orang tua Isyana-Aku kira badai sudah lewat setelah anakku, Isyana Zahira (2 thn), berhasil melewati operasi pertamanya. Hingga tiba operasi lanjutan pembuatan lubang anusnya, Isyana tiba-tiba mengalami demam tinggi dan batuk yang tak kunjung reda. Seketika, operasi lanjutan Isyana terasa begitu mencekam. Dokter bilang risiko operasi sangat tinggi, bahkan bisa merenggut nyawa anakku. Dengan tangan gemetar dan air mata jatuh tanpa bisa kuhentikan, aku menandatangani surat persetujuan, menerima apapun hasilnya ataupun takdirnya nanti.Tapi tak kusangka,kondisi anakku memburuk drastis! Ia masuk PICU dan mengalami koma. Tak ada hasil dari operasi itu. Aku menangis sejadi-jadinya, memukul dadaku yang sesak. Rasa bersalah menghantui, apakah aku sudah mengambil keputusan yang salah untuk anakku sendiri?Hari demi hari di ruang rumah sakit terasa seperti berada di tengah badai besar. Namun, keajaiban datang, Isyana sadar dari komanya. Dokter menyarankan kami segera membawanya berobat jantung ke Jakarta. Tanpa pikir panjang, aku menjual sawah dan segera membawa anakku operasi dari Bima, Nusa Tenggara Barat, ke Jakarta. Namun, perjuangan tak berhenti di meja operasi. Di Jakarta, kami kehabisan dana. Kami sampai tak mampu menyewa tempat tinggal dan berakhir menginap di emperan masjid,  bahkan sering kali tak makan. Suamiku akhirnya nekad mencari nafkah dengan menjadi kuli angkat barang. Meski upahnya hanya cukup untuk beli sebungkus nasi, tetap kami syukuri. Setelah berunding dengan dokter, akhirnya anakku bisa kontrol rutin di rumah sakit di kampung halaman. Syukurlah, kondisi anakku kian membaik, makannya lahap dan berat badannya bertambah. Namun, perjuangannya masih panjang. Anakku masih harus menjalani operasi lanjutan ke Jakarta. Sudah bingung sekali bagaimana mendapatkan uang untuk melanjutkan perjuangannya. Ia masih membutuhkan biaya transportasi ke Jakarta, obat yang tidak dicover BPJS, biaya sewa tempat tinggal selama di Jakarta, dan biaya hidup lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kamu bisa jadi alasan Isyana tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Isyana!

Dana terkumpul

Rp. 7.687.000
6 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Kesehatan
Harapan Menipis, Kakek Penjaga Makam Sebatang Kara Berjuang Lawan Tumor

Di usia senjanya, Abah Ujud (77 thn) hidup sebatang kara, bergelut dengan rasa sakit akibat tumor jinak yang menggerogoti tubuhnya. Setiap malam, Ia meringkuk dalam bilik bambu sederhana, tubuhnya menggigil menahan nyeri ditemani cahaya lampu temaram. Ia hanya mengandalkan hasil jualan daun pisang dan upah menjaga makam untuk sekadar bertahan hidup. Jangankan berobat, untuk makan sehari-hari saja Abah Ujud lebih banyak berharap belas kasihan orang-orang sekitarnya…Di usia 76 tahun, Abah Ujud tiba-tiba merasa sering pegal tak tertahankan di belakang lutut kanannya dan kadang disertai demam. Saat itulah, Abah Ujud dengan tertatih ke dokter untuk periksa, ternyata ada tumor jinak yang berada di pembuluh darah kaki dan tendonnya!Pantas saja rasa nyerinya menjalar pada saraf kaki sampai pinggang Abah Ujud. Namun, sembuh itu seperti jauh dari harapan, Abah Ujud tidak ada biaya untuk berobat. Sekedar makan saja, Ia harus menunggu daun pisang yang laku dalam 2 hari, itupun hanya Rp15 ribu.Saat kematian menyapa seseorang, barulah Abah Ujud mendapat panggilan. Ia dipercaya sebagai penggali kubur dan merawat makam. Tak ada patokan harga, Abah Ujud menerima bayaran seikhlasnya. Bahkan, kadang hanya ucapan terima kasih yang diterima Abah Ujud.Abah Ujud tak memiliki anak kandung, harapan terakhirnya hanyalah anak angkatnya yang kini telah pergi meninggalkannya tanpa kabar. Tak ada keluarga maupun sanak saudara, Ia hanya bergantung pada semangat dalam dirinya sendiri.Meski dikelilingi keterbatasan, Abah Ujud tak menyerah begitu saja untuk kesembuhannya. Akhirnya Abah Ujud meminta bantuan terhadap relawan untuk membantunya dan sudah menjalani operasi.Hanya tangis yang bisa ditunjukkan Abah Ujud setelah menjalani operasi, antara Ia kesakitan dan bersyukur bisa melaluinya. Keinginan Abah Ujud untuk sembuh sangat tinggi, bahkan seminggu setelah operasi, beliau sudah mulai melakukan aktivitas ringan.Abah Ujud masih harus menjalani kontrol rutin dan pengobatan, tapi lagi-lagi kendala biaya seperti tembok tinggi yang menghalangi. Sementara itu, biaya dari relawan juga ala kadarnya saja. Saat ini Abah Ujud membutuhkan biaya untuk ongkos ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, biaya hidup selama Ia tidak bisa mencari nafkah karena sakit. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Abah Ujud tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Abah Ujud!

Dana terkumpul

Rp. 2.264.000
12 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Alami Rett Syndrome! Sang Ibu Harus Gendong Manuella Sambil Mencari Nafkah

“Berawal dari terlambat bisa berjalan, perlahan anakku mulai menunjukkan deritanya! Suatu ketika semua kebiasaannya malah terhenti, Ia lebih banyak bengong dan hanya memainkan kedua tangannya, dunianya seperti tak terjamah.”“Siapa sangka, vonis Rett Syndrom datang pada anakku! Dokter mengatakan bahwa di usia 10 tahun ke atas, anakku mulai mengalami penurunan perkembangan, seperti komplikasi yang dimulai dari penumpukan lendir yang mengganggu pernapasannya, skoliosis, pengecilan kaki, bahkan harapan usianya tak bisa sampai 15 tahun!” -Kiki Octavia, Ibunda Manuella-Mengetahui kondisi Manuela Abigail Djajasasmita (8 thn) yang berbeda, Ayah kandungnya sendiri tak terima dan memilih meninggalkan kami. Usia anakku masih 2 tahun saat itu, tapi Ia sudah kehilangan sosok ayah, yang seharusnya memeluk dan mencintainya.Sejak itu, aku berjuang membesarkan 3 anakku seorang diri. Sambil menggendong Manuella yang sakit menggunakan kain, aku menyusuri jalanan dengan motor pinjaman dari kakak, demi membeli bahan kue yang kujual ke sekolah-sekolah. Di tengah napasku yang terengah karena lelah, aku tetap membawa anakku terapi wicara dan berjalan, berharap ada kemajuan. Namun, kenyataan justru sebaliknya, Ia mulai kejang saat terapi. Setelah periksa, ternyata anakku juga mengalami epilepsi. Meski sudah minum obat, tapi kejangnya makin hebat. Akibatnya, kepala dan dahi kirinya membengkak, tubuhnya membiru, dan berkali-kali masuk IGD. Kemudian dokter menemukan akar masalahnya, kejang hebat tersebut berasal pada gangguan ususnya.Ternyata gangguan usus itu membuat BAB-nya tak lancar, akibatnya anakku merasa sakit tak tertahankan hingga memicu kejang hingga 15-20 kali sehari. Bahkan matanya juga menunjukkan gejala juling, napasnya tidak teratur, perutnya membusung, dan Ia juga belum bisa bicara.Sementara anakku terus menahan sakit, hidup kami pun tak kalah berat. Jualan kueku sepi. Aku pun menjadi pembantu, membersihkan ruko tiga lantai sambil tetap menggendong Manuela. Kadang jadi tukang urut lulur wanita, kadang jualan jamu. Apa pun aku lakukan demi anak-anakku.Tapi penghasilanku tak menentu, bahkan sering tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak, dan pengobatan Manuela yang makin mahal. Manuella membutuhkan biaya untuk ongkos dari Bekasi ke rumah sakit di Jakarta, obat yang tidak dicover BPJS, vitamin, dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kamu bisa jadi alasan Manuella tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Manuella! 

Dana terkumpul

Rp. 7.380.000
8 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Card image cap
Anak
Aku Bersedia Donor Organ Hatiku Demi Keselamatan Anakku

“Aku bersedia mendonorkan organ hatiku kepada anakku! Apapun akan aku berikan untuk kesembuhannya, meski itu nyawa sekalipun. Namun, ketika mendengar biaya tindakan yang mencapai puluhan juta rupiah, hatiku hancur. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana melanjutkan perjuangan ini.”“Aku hanyalah pedagang warung soto kecil-kecilan. Warung itu pun kini terpaksa tutup karena harus ke Jakarta demi persiapan operasi. Rasanya dunia begitu berat, tapi aku tak pernah menyerah berjuang demi buah hatiku” -Eko Prasetyo, Khalisa-Sejak kelahiran anakku, Khalisa Almahyra Mecca Utomo (2 thn), tak pernah ada kabar baik yang kudengar dari dokter tentang kesehatannya. Ia didiagnosa kelainan langka pada saluran empedu (atresia bilier) dan dokter pesimis untuk menyelamatkannya. Penyakit ini mulai terlihat saat usia anakku 3 minggu. Matanya tampak kekuningan,  kotoran dari BAB-nya berwarna pucat.  Dokter mengatakan anakku harus menjalani operasi Kasai.  Berat sekali hatiku, tubuhnya begitu mungil, apakah Ia mampu menahan dinginnya meja operasi?Syukurlah, anakku kuat, operasinya berhasil! Aku menangis lega, membayangkan Ia bisa sembuh dan kelak berlari-lari ceria bersama teman-temannya. Namun kenyataan justru kembali memukulku, kondisinya tak kunjung membaik dan Ia sering keluar-masuk rumah sakit. Hingga akhirnya dokter menyatakan operasinya gagal. Akhirnya aku memutuskan membawanya pengobatan dari Lamongan, Jawa Timur, ke Jakarta, dengan harapan besar anakku sembuh. Namun, cobaan tak berhenti mengintai, Khalisa terkena campak. Ia harus masuk IGD karena kondisinya demam tinggi, sesak napas, dan kesadarannya terus menurun. Tiga hari lamanya ia kritis. Aku hanya bisa menangis, memohon kepada Tuhan agar Ia bertahan. Tuhan mendengar tangis dan harapku, perlahan putri kecilku membuka mata dan kembali mulai merespon panggilanku. Tapi, setelah itu dokter mengatakan anakku harus operasi cangkok hati.Kondisinya semakin memprihatinkan, hatinya bengkak, limpa membesar, perutnya membuncit, tubuh dan matanya menguning, demam tinggi datang silih berganti. Aku tengah berjuang mempersiapkan biaya donor hati, sambil mengejar berat badan dan gizinya agar operasi bisa dilakukan.Namun aku tak tahu sampai kapan mampu bertahan. Untuk pengobatan selama ini saja, aku sering harus meminjam uang kepada saudara dan tetangga. Sementara anakku membutuhkan biaya untuk ongkos berobat dari Lamongan ke Jakarta, obat yang tidak dicover BPJS, dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kamu bisa jadi alasan Khalisa tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Khalisa! 

Dana terkumpul

Rp. 30.606.022
8 hari lagi
Dari Rp. 20.000.000
Lihat Semua
  Lihat Semua Campaign