“Berawal dari sering halusinasi, hilang fokus, dan mudah lupa, anakku berakhir tak sadarkan diri hingga dilarikan ke rumah sakit. Hingga saat ini, Ia hanya terbaring tak berdaya, matanya kadang terbuka, tapi tak kunjung benar-benar sadar.”

“Anakku beresiko selamanya menjadi seperti boneka hidup jika tak melakukan fisioterapi. Tak bisa kubayangkan, Ia terjaga, tapi tak akan bisa bergerak, bicara, dan tak bisa memelukku seperti dulu.” -Celine, Orang tua Jerome-

Kini rumah kami sunyi! Tak ada lagi tawa riang anakku, Jerome Sebastian (10 thn), yang cerewet dan aktif. Keceriaannya hilang, tergantikan dengan keheningan karena Jerome lebih sering menutup mata. Kadang Ia merintih, karena kaki kirinya sakit saat digerakkan.

Pernah ada saat Jerome membuka mata, dan dengan sedikit kesadaran itu Ia bisikkan harapannya, ‘Aku ingin sembuh, Ma. Aku rindu sekolah, rindu teman-teman dan guru.’ Rasanya aku sangat bersyukur, ternyata anakku tidak menyerah dan terus berjuang untuk hidupnya.

Sebelum akhirnya pingsan dan berhari-hari tak terbangun, Jerome sempat mengalami kejang beberapa kali. Ia didiagnosa mengalami peradangan akut pada otak dan sumsum tulang belakang bersifat autoimun.

Aku tak bisa melupakan rasa bersalah saat tahu ia butuh 7 botol obat untuk menyelamatkannya, tapi aku hanya mampu beli satu karena harganya Rp3 juta per botol. Itupun aku sampai menjual perhiasan dan barang berharga lainnya.

Suamiku bekerja menjual barang bekas, penghasilannya tak menentu. Jerome bisa 3 kali seminggu bolak-balik rumah sakit, biaya pengobatannya semakin hari terasa berat. 

Saat ini, Jerome butuh ongkos fisioterapi dan kontrol rutin dari rumah kami di Cengkareng ke Jakarta Pusat, membeli obat yang harus diminum seumur hidup, kursi roda, sepatu afo untuk membantunya terapi berjalan dan kebutuhan lainnya.

#TemanBaik, setiap detik sangat berarti untuk Jerome. Yuk, jadi bagian dari harapan sembuhnya, klik Donasi Sekarang!