Adam Nafis Rabbani. Usianya baru menginjak 1 tahun 6 bulan, tetapi ujian yang ia hadapi jauh lebih besar dari anak seusianya. Sejak September 2023, tubuh kecilnya berjuang melawan penyakit yang berat, Meningitis TB yang kemudian menyebabkan hidrosefalus.

Semua bermula dari demam yang tak kunjung turun selama tiga minggu. Kami, orang tuanya, tidak pernah menyangka bahwa demam itu adalah awal dari perjalanan panjang penuh air mata. 

Adam sempat mengalami kejang, sakit perut, hingga lehernya kaku. Lalu, di penghujung September, ia mengalami penurunan kesadaran dan harus masuk ICU. Dokter mengatakan bahwa anak kami terkena Meningitis TB—infeksi serius yang menyerang otaknya.

Hari-hari di rumah sakit menjadi rutinitas yang penuh harapan dan ketakutan. Adam tak bisa bernapas sendiri, sehingga dokter harus melakukan operasi trakeostomi agar ia tetap bisa bertahan. Setelahnya, ia menjalani operasi pemasangan selang VP Shunt untuk mengurangi cairan berlebih di otaknya akibat hidrosefalus.

Dokter sudah memberikan kami peringatan berat: Adam mungkin tidak akan bisa kembali sehat seperti dulu. Bahkan risikonya, ia bisa meninggal.

Bayangkan perasaan kami sebagai orang tua. Kami ingin berjuang sekuat tenaga untuk anak kami, tetapi terkadang kenyataan begitu pahit. Suami saya hanya seorang buruh pabrik dengan gaji UMR Bekasi, sementara saya seorang guru honorer dengan penghasilan yang jauh dari cukup untuk menutupi biaya pengobatan Adam.

Meskipun BPJS membantu, tetap banyak obat-obatan yang tidak tercover. Belum lagi biaya transportasi ke rumah sakit dan alat penunjang kesehatan.

Kami hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Adam. Kami ingin melihatnya tersenyum, mendengar suaranya memanggil kami, dan merasakan dekapannya yang hangat. Namun, perjuangan ini tak bisa kami lalui sendiri.