“Semua berawal dari perjalanan yang ku lakukan tiap minggu, mengendarai sendiri motor sambil mengikat tubuh anakku dalam kain gendong, menempuh satu jam perjalanan menuju rumah sakit demi kesembuhannya.”

“Kini, peluk tubuh kecil anakku, sementara satu tanganku yang lain menenteng tabung oksigen untuknya bernapas, karena paru-parunya hanya berfungsi 20%! Kami menempuh ribuan kilometer dari Riau ke Jakarta demi anakku bisa berobat.” -Yanti, Orang tua Sulthan-

Dulu dokter berkata anakku tak akan hidup sampai setahun, tapi hari ini Sulthan Sayyaf Arshaq sudah berusia 2 tahun. Ia lebih banyak terbaring, memandang kosong ke langit-langit, merasakan leganya bernapas berkat tabung oksigen yang tak pernah lepas di sampingnya.

Tubuhnya sangat kurus, berat badannya sulit naik karena Ia hanya bisa minum susu,  tak bisa makan nasi seperti anak lainnya. Sedikit bergerak saja bisa membuatnya kelelahan, sesak napas, bahkan muntah-muntah. 

Namun, anakku jarang menangis. Meski selang medis yang tak nyaman memenuhi wajahnya, Ia tetap terus tersenyum. Bahkan saat menangis, Ia akan menyentuh pipiku, seolah ingin bilang, ‘Ibu, jangan sedih.’

Sejak lahir, paru-paru anakku memang tidak berkembang normal. Dokter mengatakan anakku butuh cangkok paru-paru, aku sendiri bahkan bersedia memberikan paru-paruku padanya. Namun, tindakan tersebut hanya bisa dilakukan di luar negeri dan biayanya besar.

Ketidakmampuanku membiayai operasinya membuat anakku harus terus hidup menghabiskan 5 tabung oksigen dalam sehari. Suamiku hanya seorang tukang potong rumput, sudah mengambil kerja sampai malam pun tak bisa mencukupi pengobatannya.  

Aku hanya ingin anakku bisa berobat dengan layak. Ia masih membutuhkan biaya untuk untuk ongkos untuk bolak-balik rumah sakit karena aku ingin Ia naik berobat dengan transportasi yang layak, obat yang tidak dicover BPJS, tabung oksigen dan kebutuhan lainnya.

#TemanBaik, mari bantu Sulthan untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!