“Napas anak kami tersengal-sengal malam itu, dan kami hanya bisa menatapnya dengan hati hancur, kami tak bisa membawanya ke RS karena tak ada biaya.”

“Suamiku bekerja sebagai buruh di sawah, penghasilannya tak menentu, kadang hanya Rp50 sehari. Jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi pengobatan Rafan.” -Okta, Orang tua Rafan-

Sejak Muhammad Rafan Alfaaiz lahir, tidak ada keganjilan atau tanda dia memiliki penyakit serius. 

Ketika memegang dada anakku, detaknya jantungnya terasa sangat kencang. Ia juga sering tiba-tiba demam tengah malam. Hingga suatu hari, Ia terserang demam berdarah, dari sanalah kenyataan memilukan terungkap, anakku sakit jantung.

Aku begitu terkejut hal mengerikan ini terjadi pada anakku. Di Lampung, keterbatasan alat medis membuatku makin takut, apakah ia bisa bertahan? Haruskah ia terus menahan sakitnya? Dokter akhirnya merujuk pengobatan ke Jakarta. 

Meski keuanganku terbatas, aku selalu mengupayakan agar anakku punya harapan hidup. Aku tak sanggup melihatnya terus demam tinggi dan napasnya terputus-putus.

Kadang aku hanya bisa menangis dalam diam, memohon agar aku saja yang menanggung sakitnya. Meski anakku belum terlalu pandai bicara, tapi senyumnya meyakinkanku bahwa Ia selalu semangat untuk kesembuhannya. Ia selalu memberikan keceriaan bagiku, dia permata hatiku.

Anakku sedang menunggu jadwal kateterisasi jantung. Namun, hidup di Jakarta sangat berat, anakku sangat membutuhkan biaya untuk ongkos ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, sewa rumah dan kebutuhan lainnya.

#TemanBaik, mari bantu Rafan untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!