“Alat medis itu menjadi harapan besar hidup anakku. Ia kesulitan bernapas. Matanya yang sayu hanya bisa pasrah menahan ketidaknyamanan alat medis yang menghimpit wajahnya.”

“Di sisi lain, aku harus berjuang keras agar ada biaya membawa anakku ke rumah sakit, mulai dari mulai jadi tukang cuci motor, kadang tukang potong rumput, hingga kuli bangunan.  Istri juga ikut membantu jualan kue, tapi hasil kerja keras kami seperti tak akan pernah cukup, belum lagi untuk membiayai 5 anak lainnya.” -Ismail, Orang tua Amelina-

Sejak usia 1 bulan, batuk terus-menerus mulai mengintai tubuh mungil anakku, Amelina Raisa Putri (5 bln). Ia tak kunjung sembuh, dan aku hanya bisa memberikannya obat dari bidan. Aku tidak punya ongkos maupun kendaraan untuk membawanya ke rumah sakit besar.

Seiring waktu, batuk yang awalnya ringan itu semakin parah! Hingga suatu hari anakku terengah-engah, sesak napas. Aku dengan segala upaya mengumpulkan biaya dan akhirnya bisa membawanya ke rumah sakit. Ia langsung masuk UGD dan harus rawat inap di rumah sakit.

Jantungku terasa berhenti ketika dokter bilang paru-paru anakku mengalami infeksi. Apalagi saat itu nyawa anakku terancam jika sedikit saja Ia terlambat mendapatkan penanganan. 

Jarum suntik, infus, dan selang oksigen senantiasa tak pernah lepas dari tubuhnya.  Nebulizer harus selalu diberikan 3 kali sehari, sementara raut wajahnya penuh harap terus menatapku, seolah Ia ingin kesembuhannya segera.

Penghasilanku tak menentu, kadang hanya Rp80-Rp100 ribu sehari, kadang juga tak bawa pulang yang sama sekali. Aku kebingungan untuk membiayai transportasi anakku ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, alat nebulizer untuk pernapasannya, dan kebutuhan lainnya.

#TemanBaik, mari bantu Amelina untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!