Benihbaik_2025-08-20_175567520868a57a48ad7b1.jpeg

Terlihat Sehat, Ternyata Infeksi Otak Diam-Diam Menggerogoti Tubuh Faqih

Rp. 3.416.400 dari Rp. 3.416.400

11 hari lagi


Penggalang Dana

2025-08-24_1756003182_68aa7b6e61985.jpg
Aries Susanto ceklis.svg

Identitas Terverifikasi

Penerima Donasi

anon
MUHAMMAD FAQIH ARKA SUSANTO

Identitas Terverifikasi user

anon
Lokasi

Wil. Kota Jakarta Selatan

anon
Surat Rujukan

Tervalidasi oleh Tim BenihBaik.com user


anon
Surat Hasil Laboratorium

Tervalidasi oleh Tim BenihBaik.com user


anon
Surat Rincian Biaya Pengobatan

Tervalidasi oleh Tim BenihBaik.com user


“Andai saja waktu itu dokter lebih cepat menindaklanjuti penyakit anakku, mungkin keadaannya sekarang tak seburuk ini. ”

“Dari luar, ia tampak seperti anak sehat pada umumnya. Namun siapa sangka, di balik senyumnya, infeksi otak perlahan menggerogoti tubuhnya dan berisiko menjurus pada epilepsi. Pantas saja, Ia sering menarik tanganku untuk memegang kepalanya, seolah Ia ingin mengisyaratkan rasa sakit pada kepalanya.” -Rika, Orang tua Faqih-

Dunia anakku, Muhammad Faqih Arka (10 thn), seketika menjadi kelam saat usianya memasuki 15 bulan. Ia perlahan mengalami kemunduran perkembangan, kata-kata yang dulu bisa Ia ucapkan perlahan menghilang tanpa sebab, hingga akhirnya ia tak mampu lagi berbicara.

Saat imunisasi, dokter sempat curiga bahwa Faqih memiliki dunianya sendiri dan menyarankan pemeriksaan lanjutan. Tapi tak aku lakukan karena keterbatasan biaya. Hingga usianya 4 tahun, anakku mengalami kejang. Namun, saat itu anakku hanya masuk IGD dan anehnya diminta pulang setelah beberapa jam tanpa observasi lanjutan. 

Setelahnya, kejang-kejang itu semakin sering datang. Dokter memang memberi obat penenang, tapi tak mempan karena Faqih juga mengidap autisme. Meski begitu, obat tetap diperpanjang, sebab setiap kejang berisiko merusak ribuan saraf otaknya.

Mirisnya, saat anakku kembali kejang, aku hanya punya uang Rp15 ribu, bahkan untuk pesan taksi online juga tak cukup. Aku hanya bisa menangis sambil mendekap tubuh anakku yang gemetar, hingga seorang tetangga yang iba akhirnya mengantarkan kami ke rumah sakit dengan mobilnya.

Suamiku sudah diberhentikan dari pekerjaannya karena Covid-19. Akhirnya Ia memutuskan untuk mengajar ngaji demi menghidupi kami. Tapi, kami baru saja pindah rumah kontrakan yang lebih kecil dan lebih jauh, sehingga tidak punya ruang untuk mengajar lagi.

Faqih adalah anakku satu-satunya, bagiku tidak ada harta yang paling berharga selain Ia.Tapi sebagai orang tua, aku sering terpuruk karena kesulitan biaya untuk membawanya kontrol rutin ke rumah sakit, membeli obat yang tidak dicover BPJS, terapi autis dan kebutuhan lainnya.

#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Faqih tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Faqih!

 

Bantu Campaign Lainnya